Senin, 27 Oktober 2008

Karep-karepmu


Karep-karepmu,’(terserah apa yg akan kau lakukan) bahasa jawa’ kata-kata ini yg sering aku dengar diantara diskusi ala jalanan dengan teman-temanku.Kata-kata ini terucap bila sudah ga ada kompromi lagi mengenai solusi suatu masalah yang dibahas.yang ujung-ujungnya ‘yo wis karep-karepmu,hehe....’.

Memang dalam pengungkapan kata ini tiada suatu emosi,baik amarah ataupun kesedihan,hanya suatu keputusan yang membebaskan orang lain untuk melakukan hal-hal yang dia sukai/yang di pilih.Bahkan setelah kata ini terucap,justru kita semua yang ikut diskusi (ce..ileh) jadi tertawa.Tapi apakah setelah kata ini terucap, kita sudah ‘lepas’ terhadap apa-apa saja yang akan teman kita perbuat?

Shiv khera,penulis buku 8 Kiat Menjadi Pemenang,secara sukarela pernah mengajarkan program-program pembentukan sikap dan harga diri kepada penghuni Lembaga Pemasyarakatan(LP).Suatu hari,seorang penghuni LP berkata,”Apa pun yang dilakukan setiap orang adalah urusannya sendiri.Karena itu,jika orang menggunakan narkoba,maka itu bukan urusan anda.Mengapa anda tidak membiarkannya saja?”Beliau menjawab,”sahabatku,meskipun saya tidak sependapat dengan anda,tetapi saya dapat menerima apa yang anda katakan-memang itu bukan urusan saya.Jika anda dapat menjamin seseorang yang memakai narkoba,dan kemudian mengemudikan kendaraan lalu mengalami kecelakaan dan yang ditabraknya hanyalah sebatang pohon,maka saya akan sependapat dengan anda.Namun,jika anda tidak dapat menjamin bahwa ketika mereka memakai narkoba dan mengalami kecelakaan,dan yang menjadi korbannya adalah anda atau anak-anak anda,atau mungkin saya atau anak-anak saya,maka sebaiknya anda percaya bahwa ini adalah urusan saya.Saya harus membantu orang ini meninggalkan kebiasaannya.


Manusia adalah makhluk sosial,yang selalu membutuhkan makhluk lain. Apa yang dilakukan orang lain baik langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi orang lain di sekitarnya.Memang bukan hak kita menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita.Dan juga bukan tugas kita memberikan Hidayah/nilai-nilai kebenaran kepada orang lain,Namun kewajiban kita mengajak orang lain untuk menetapi nilai-nilai/norma-norma kebenaran.

1.Demi masa. 2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Q.S.Al’Ashr :1-3.
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain” Nabi Muhammad SAW.


Tidak ada komentar: